ADA APA GERANGAN PERUSAHAAN START UP PADA MAU PHK KARYAWAN

Kali ini Groedu International Consultant Surabaya dan Jakarta membahas mengenai perusahaan start up yang pada akhirnya banyak yang kolaps meskipun sebelumnya ide-idenya cukup berillian, sehingga valuasi perusahaan berlipat-lipat. Ada apa gerangan dengan perusahaan-perusahaan itu? silahkan simak di bawah ini.

Lima tahun lalu membangun bisnis serasa (baca: soalah-olah) mudah. Cari ide brilian, rumuskan model bisnis digital (tentu dengan  pitch deck-nya), cari investor global, bakar duit, lalu valuasi triliunan rupiah, dan sang founder menjadi selebriti dan motivator diundang seminar sukses di mana-mana. Namun tahun ini gambaran indah itu mulai kelabu. Satu-persatu start up digital itu mulai bertumbangan. Minggu ini kita mendengar berita Zenius mem-PHK karyawan. Tak hanya itu tahun ini LinkAja, TaniHub, UangTeman, hingga Fabelio juga melakukan langkah sama.

Kita menunggu, apakah “DOMINO EFFECT” ini bakal berlanjut or bahkan “digital startup BUBBLE” segera meletus. Tak hanya itu, gambaran muram juga tercermin dari kinerja-kinerja  digital pertama yang melantai di bursa: Buka lapak dan GoTo.

Jauh dari dugaan saya, kedua emiten ini tak cukup mendapatkan sentimen positif di pasar sehingga harga sahamnya kurang menggembirakan. Pandemi menjadi alasan jebloknya startup digital yang umumnya dibesut founders milenial ini. Di era DIGITAL DISRUPTION mereka mendisrupsi perushaan-perusahaan besar-mapan. Namun ironis, di era PANDEMIC DISRUPTION mereka justru didisrupsi oleh Covid-19. Covid-19 (plus perang Rusia vs Ukraina) membuat bisnis mereka babak-belur.

Pertanyaannya, mampukah mereka bangkit pasca pandemi?

Kebanyakan founder star tup digital ini adalah pebisnis awal yang minim pengalaman lapangan. Mereka piawai merancang model bisnis digital untuk dijual ke venture capital (VC) namun minim pengalaman eksekusi. Banyak dari mereka lulusan IT dari Stanford or Harvard namun minim pemahaman detail-detail bisnis di akar rumput. Lebih celaka lagi, selama ini praktis mereka belum pernah gagal, yang ada adalah success story dan pujian terutama dari media. Baru di masa pandemi ini mereka betul-betul merasakan pahitnya kegagalan.

Kini harapan tertumpu pada VC dan korporasi besar yang selama ini menyuntik dana, meng-assist manajemen, dan mem-back operasi mereka. Mampu dan maukah mereka menyuntikkan dana, ekspertis, dan terutama pengalaman bisnis kepada startup2 tersebut agar mereka mampu memecahkan persoalan dan melewati badai pandemic disruption. Semoga badai segera berlalu dan mereka sukses melewatinya. Sumber : Yuswohadi.